Man jadda wajada alias siapa yang
bersungguh-sungguh akan berhasil, menjadi ruh dalam film Negeri 5 Menara
yang diputar perdana untuk umum hari Kamis (1/3/2012) ini. 3 Tokoh
agama, Romo Muji Sutrisno, Prof Komaruddin Hidayat dan Yusuf Mansyur
berbagi kisah man jadda wajada ala mereka. Seperti apa?
"Film ini
menampilkan semuanya, kesederhanaan yang ditanamkan, berkeringat,
berproses, tahan dengan kesabaran. Apa yang saya dapatkan sekarang ini
sungguh bisa mewujudkan, mencintai Indonesia," ujar budayawan dan
agamawan, Romo Muji Sutrisno.
Hal itu disampaikan Romo Muji usai
acara pers screening film 'Negeri 5 Menara' yang digelar di Mal Pacific
Place, Jalan Jenderal Sudirman, Rabu (29/2/2012) malam.
Romo Muji
mengatakan dari kecil dirinya dididik keluarganya untuk mencintai
Indonesia. "Bapak dan ibu, keluarga kami dirumah dididik mencintai
Indonesia, mendengarkan pidato Bung Karno, menjadi Pramuka, demikian
juga waktu di seminari, mencintai Indonesia yang banyak perbedaan agama
dan suku," tutur Romo Muji.
Romo Muji yang sudah membaca buku
'Negeri 5 Menara' mengatakan background kehidupan buku itu di pesantren
sama seperti yang dia alami saat menempuh pendidikan di seminari. Bahwa
proses pendidikan itu mengajarkan proses dan kesabaran.
"Saya
sudah baca buku ini. Pertama, mimpi itu penting untuk mencapai cita-cita
dalam hidup. Man jadda wajada, kesungguhan, ketabahan, kesabaran jauh
lebih penting sebagai spirit untuk mengejar cita-cita," tutur Romo Muji.
Romo
Muji mengatakan impiannya kini sudah terwujud yaitu membuat gerakan
untuk Indonesia yang menghargai toleransi dalam perbedaan. Romo Muji
mencontohkan produk budaya, wastra Indonesia, seperti kain tenun, batik
dan rajut.
"Kita kembali rajut apa yang dibuat nenek moyang, kain
tenun yang berwarna-warni, kain batik yang diproses dengan keringat,
dan kain ikat yang dirajut, jangan kita potong-potong dengan kekerasan,"
tegas Romo Muji.
Sementara Rektor Uuniversitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Komaruddin Hidayat mengatakan sudah
mencapai mimpi dari spirit man jadda wajada.
"Keliling dunia. Ada
gairah menjelajahi dunia. Belajar bahasa arab saya membayangkan
keluyuran di Arab. Belajar bahasa inggris bayangkan keluyuran di
Inggris. Sekarang saya sudah menjelajahi 35 negara, dari man jadda
wajada itu," ujar Komaruddin.
Spirit Man Jadda Wajada di film
'Negeri 5 Menara' ini, imbuhnya mengajarkan untuk berani bermimpi,
kesabaran, kebersamaan, memperbanyak kawan dan bukan bermusuhan. Melihat
film ini, Komaruddin seperti melihat masa lalunya, yang pernah
mengenyam di Pondok Pesantren Pabelan.
"Saya senang sekali, saya
melihat masa lalu saya, dunia saya. Ini (pesantren) kan pendidikan yang
punya sejarah panjang di Indonesia, sudah teruji, murah, membentuk
karakter kuat," jelas Komaruddin.
Komaruddin sekaligus mengkritik
dunia pendidikan atau sekolah sekarang yang identik dengan, mahal dan
glamor. Komaruddin mencontohkan sekolah internasional yang melupakan
kearifan lokal di Indonesia, atau sebaliknya sekolah yang kental dengan
tradisi sehingga tidak mengikuti perkembangan global.
"Di film
ini kita melihat pendidikan di daerah terpencil, tidak kehilangan
keindonesiaan bahkan kosmopolit, tanpa menghilangkan jatidiri
kesederhanaannya. Rakyat kecil yang punya semangat modern dan global.
Sekarang banyak yang global melupakan tradisional, yang tradisional
melupakan yang global," jelas Komaruddin.
Sedangkan Yusuf Mansyur, mengatakan pengalaman man jadda wajada-nya ketika memiliki utang besar tahun 90-an.
"Man
jadda wajada itu kalimat saktinya di dunia pesantren, siapa yang
sunguh-sungguh pasti akan bisa. Saya ada pengalaman punya utang banyak
dan tidak mungkin bisa selesai, sekitar Rp 1 miliar, tahun 90-an. Saya
berpikir pasti ada jalan, bagaimana caranya. Alhamdulillah berhasil,"
tutur Yusuf Mansyur.
Namun Ustad Yusuf Mansyur, demikian dirinya
biasa disapa, mewanti-wanti bahwa 'man jadda wajada' tak akan berhasil
kalau hanya diucapkan bak mantra ajaib. Kalimat spirit itu harus
didukung aksi atau tindakan.
"Akan ada kejaiban man jada wajada
itu need a big action. Tidak punya arti bila caranya hanya mengucapkan
'man jadda wajada-man jadda wajada'," nasihatnya.
Penulis novel 'Negeri 5 Menara' A Fuadi, mengatakan kalimat 'man jadda wajada' itu diperolehnya saat hari pertama di kelas mahfudzot (kata-kata bijak yang bersumber dari Alquran, hadis dan ulama, red) di Pondok Pesantren Gontor, Ponorogo, Jawa Timur.
"Kalimat
man jadda wajada yang diajarkan di pelajaran pertama saat saya di
pesantren Gontor, bahkan sekarang jadi status di FB, twitter, bahkan di
Metro Mini," ujar Fuadi yang disambut tawa.
Dengan menulis novel
'Negeri 5 Menara', Fuadi berharap bisa menyebarkan semangat man jadda
wajada. Film berjudul sama yang diangkat dari novelnya ini mulai tayang
perdana untuk umum di bioskop hari ini.
Man jadda wajada!
(dikutip dari: detiknews.com)
Post a Comment